GenPI.co - Salju di Puncak Jayawijaya di Papua diprediksi akan habis pada tahun 2026.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Moses Kilangin Mimika Reza mengatakan hasil penelitian terbaru luasan salju pada 2022 mencapai 0,23 kilometer persegi.
Saat ini kondisinya menyusut sekitar 0,11 kilometer persegi hingga 0,16 meter persegi.
"Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pencairan salju ini semakin signifikan, untuk ketebalan salju yang tersisa hanya empat meter," kata dia, Senin (16/12).
Reza menjelaskan kondisi ini dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari perubahan iklim hingga curah hujan yang tinggi di wilayah tersebut.
Dia menyebut fenomena ini mempercepat pencairan salju, penurunan luasan, dan ketebalan salju dalam beberapa tahun terakhir.
"Dulu embun dan uap air di Puncak Jayawijaya akan membeku menjadi salju, namun sekarang hujan lebih sering turun di Puncak Jayawijaya ini justru mempercepat pencairan es," papar dia.
Di sisi lain, faktor lainnya adalah panas dari batuan pegunungan sekitar.
Panas bebatuan dan perubahan iklim tersebut menciptakan proses pencairan yang lebih agresif.
"Jadi ada dua faktor utama yakni pencairan dari atas karena hujan dan pencairan dari bawah akibat panas bebatuan dan dampak pencairan salju diprediksi akan dirasakan di pegunungan dan dataran rendah," tutur dia.
Maka dari itu, penelitian ini menjadi alarm untuk lebih peduli terhadap dampak perubahan iklim.
Menurut dia, kehilangan salju di Puncak Jayawijaya ini menjadi kerugian ekologis sekaligus mempengaruhi ekosistem dan kehidupan masyarakat sekitar.
"Semoga dengan adanya informasi ini, masyarakat dapat memahami kondisi yang terjadi saat ini dan kami akan terus memantau dan memberikan data terbaru terkait fenomena ini," jelas dia.(ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News