Jalan lurus dan berliku berpadu satu. Di kiri dan kanan, pohon sawit tumbuh rapat dan berjejer rapi tak putus-putusnya. Itu adalah jalur darat dari Jambi menuju Kerinci. Jarak kedua kota itu memang cukup jauh, kurang lebih 420 km. Untungnya, seluruh ruas jalan sudah berlapis aspal. Sehingga setiap kendaraan dapat menggelinding dengan mudah di atasnya.
Kodir mengemudikan kendarannya dengan tenang. Sebuah mobil MPV kapasitas tujuh orang keluaran Jepang. Ia membawa lima orang di dalam kabin kendaraannya. Mereka adalah tim GenPI yang ditugaskan meliput Festival Kerinci 2018. Perhelatan tersebut masuk dalam daftar 100 alender of Event Kementerian Pariwisata.
Di belakang mobil yang dikemudikan Kodir, melaju pula sebuah mobil lain. Di dalamnya ada beberapa orang yang juga anggota tim liputan.
Kodir tampaknya sudah hafal setiap jengkal jalur ini. Bahkan, pria paruh baya itu juga tahu jalan-jalan pintas untuk sedikit memotong rute yang panjang itu. Maklum, sudah lima tahun kerjaannya bolak balik Jambi-Kerinci untuk mengantar tamu.
Pada sebuah persimpangan, ia memutar roda kemudinya. Mobil pun berbelok ke kiri. Ada sebuah jalan pintas yang hendak dilalui. Melewati jalan itu katanya bisa memotong jarak sejauh empat kilometer.
“Biar sedikit mempersingkat waktu. Sebab kalau kita mengikuti jalur umum, bisa makan waktu 12 jam. Kalau saja ada tol kita bisa lebih cepat. Nanti di depan lagi banyak mobil mobil angkut batubara, makanya kita harus pelan, ” ungkap pria bernama lengkap Muhammad Kodir ini.
Provinsi Jambi memang salah satu penghasil batubara. Daerah ini juga punya banyak sekali perkebunan sawit. Namun bukan berarti Jambi minim destinasi pariwisata. Salah satu provinsi di Pulau Sumatera ini memiliki potensi pariwisata sejarah dan kebudayaan yang bernilai tinggi. Semuanya dapat disaksikan dalam Festival Kerinci yang digelar 3 hingga 7 Oktober 2018.
Wisata alamnya juga juara. Jambi punya Gunung Kerinci yang eksotik dan Sungai Penuh yang menawarkan ketenangan. Di kawasan ini juga ada hutan taman nasional yang menyimpan keanekaragaman flora dan fauna yang langkah.
Kodir rupanya cakap bicara soal Festival Kerinci. Ia mengatakan festival tersebut adalah wadah untuk mempromosikan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang ada di Jambi.
“Bagus festivalnya. Kebetulan saya ikut lihat tahun lalu saat mengantar tamu yang menampilkan kesenian di gelaran itu. Nah tahun ini saya beruntung lagi karena bisa bersama anak-anak GenPI untuk melihat Festival Kerinci ini,” tutur Kodir sembari terus mengemudi.
Ia juga berpesan agar mengikuti festival tersebut hingga tuntas. Sebab di hari terakhir, ada ada Festival Festival 1.000 Kopi yang sayang untuk dilewatkan. Sebab di festival itu pengunjung dapat merasakan kenikmatan kopi arabika khas Kerinci yang sudah terkenal seantero negeri.
Memasuki kota Kerinci, udara dingin langsung menerpa. Puncak Gunung Kerinci tak hentinya mengalirkan hawa sejuk dari puncaknya. Kodir lantas mewanti-wanti untuk mengenakan baju hangat.
“Wahh saya salah bawa kostum nih , bawa baju lengan pendek semua , Untung bawa sarung sih, lumayan untuk sedikit menghalau dingin deh ini,“ ujar Dorri, perwakilan GenPI Sumatera Selatan yang ikut dalam tim CoE.
“Di sini AC nggak akan laku. Udaranya sudah dingin. Bahkan ta ada yang berani mandi malam atau subuh karena airnya sedingin es,” Kodir menimpali.
Ia menambahkan, perjalanan memasuki Kota Kerinci juga kerap diselubungi kabut. Ditambah dengan kontur jalan yang berliku-liku, menjadi tantangan bagi yang belum biasa melewati rute tersebut.
“Jadi, agak berbahaya bagi supir yang belum paham medan,” ia mengimbuh.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News