GenPI.co - Ketidaksetaraan akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik terus menjadi isu utama, terutama bagi kelompok minoritas dan rentan.
Dengan menyadari potensi keberagaman sebagai kekuatan, upaya meningkatkan inklusi sosial semakin gencar dilakukan.
Diversitas, kesetaraan, dan inklusi menjadi pijakan utama dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Dengan memperhatikan keberagaman budaya, etnis, dan sosial, SDGs mendorong kolaborasi lintas sektor dan pemberdayaan individu untuk mencapai tujuan bersama, menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua.
Hal ini menjadi kajian yang dilakukan oleh Perhimpunan Manajemen Sumber Daya (PMSM) Indonesia dan BINUS University melalui penelitian bertajuk "Pelaksanaan Praktik Keberagaman, Kesetaraan dan Inklusivitas (Diversity, Equity and Inclusion/DEI) Perusahaan di Indonesia".
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai isu keberagaman, kesetaraan, dan inklusivitas yang masih menjadi tantangan bagi perusahaan di Indonesia.
Prof. Dr. Meyliana, Professor in Information Systems BINUS University mengangkat diskusi berdasarkan hasil kajian dan riset yang dilakukannya dan mendiskusikan praktek penerapan DEI pada lingkup lembaga.
Secara spesifik membagi ke dalam enam kelompok prioritas penerapan: jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, disabilitas, ras, dan agama.
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami tingkat kesadaran dan pemahaman pemimpin bisnis mengenai pentingnya praktek DEI di perusahaan mereka," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (3/5/2024).
People & Culture Director PT HM Sampoerna Tbk, Ripy Mangkoesoebroto mengatakan saat ini sudah mulai ada perusahaan-perusahaan yang mengusung keragaman dan inklusi sebagai fondasi utama kesuksesan yang berkesinambungan.
"Sebagai contoh, PT HM Sampoerna terus berupaya menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, serta memberikan kesempatan yang sama kepada setiap karyawan dan calon karyawan. Keragaman, kesetaraan dan inklusi adalah salah satu pilar kesuksesan," katanya.
Demikian halnya dengan PT L'Oréal Indonesia yang memiliki komitmen jangka panjang terhadap kesetaraan peluang dalam Keberagaman, Kesetaraan, dan Inklusi.
Chief Human Resources Officer PT L’Oreal Indonesia Yenita Oktora, mengungkapkan L'Oréal berkomitmen untuk mencapai kesetaraan gender di semua tingkatan dan fungsi perusahaan.
Dimulai dari jumlah populasi karyawan kami yang terdiri dari 53% wanita dan 47% pria, di mana sebanyak 46% dari management committee adalah
wanita.
"Kami terus berusaha untuk memastikan bahwa seluruh karyawan memiliki kesempatan membangun karir yang sama, terlepas dari gender ataupun kondisi personal mereka," ucapnya.
Staf Khusus Presiden RI Angkie Yudistia bercerita bahwa pemerintah Indonesia berusaha menjamin kesetaraan dengan mengeluarkan peraturan dan perundangan bagi penyandang disabilitas.
"UU No. 8 Tahun 2016 menjadi pendorong bagi kesetaraan. Penyandang disabilitas yang tadinya sulit mendapatkan sekolah, sekarang sekolah inklusi juga sudah mulai semakin berkembang, sekolah luar biasa juga makin banyak," ujarnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News