GenPI.co - Dalam satu dekade terakhir ini manusia menghasilkan CO2 yang setara dengan CO2 yang dihasilkan oleh tumbukan asteroid yang memusnahkan Dinosaurus.
Sebuah penelitian yang dilakukan selama 10 tahun oleh tim peneliti internasional menyatakan bahwa CO2 yang dihasilkan oleh manusia lebih banyak 100 kali daripada CO2 yang dihasilkan oleh seluruh gunung yang ada di bumi.
Baca juga :
Anti-Dresscode, Pendamping Pengantin Ini Pilih Kostum Dinosaurus
Makanan Favorit Robert Pattinson Nugget Ayam Bentuk Dinosaurus!
Memburu Kepala Dinosaurus di Nusa Penida
Secara keseluruhan gunung-gunung hanya mengeluarkan CO2 sebanyak 0,3 gigaton per tahun, sedangkan manusia menghasilkan 37 gigatons CO2 hanya di 2018 saja. Itu berarti sumber terbesar kerusakan lingkungan bukanlah gunung melainkan manusia sendiri.
Pada masa lalu pernah terdapat situasi di mana CO2 terlalu banyak dan membuat manusia musnah, tepatnya 66 juta tahun yang lalu. Pada tahun itu sebuah asteroid menghantam bumi, hantamannya menghasilkan daya kejut luar biasa dan CO2 sebanyak 425 sampai 1.400 gigaton. Tumbukan itu terjadi di Chicxulub, Meksiko dan menghasilkan kawah berdiameter 180 kilometer dengan kedalaman 20 kilometer. Tumbukan dahsyat itu akhirnya memusnahkan 75 persen kehidupan yang ada di atas bumi, termasuk berbagai jenis dinosaurus uang diharapkan di daratan dan di lautan.
"Jumlah CO2 yang dipompakan ke atmosfer oleh kegiatan manusia dalam 12 tahun terakhir ini setara dengan jumlah CO2 pada kejadian mematikan yang pernah kita saksikan pada masa lalu bumi," ujar Profesor Volkanologi dan Petrologi di Queens' College, Cambridge Marie Edmonds kepada AFP.
"Kita berada pada tingkat bencana karbon yang sama dan itu agak serius," ujar Associate Profesor Geologi dari Universitas Arkansas Celina Suarez menambahkan. Marie dan Celina tergabung dalam tim ilmuwan Deep Carbon Observatory, sebuah program penelitian internasional yang didirikan pada tahun 2009.
Jumlah CO2 ini berbahaya bagi manusia dan bukan bagi bumi, karena walau membutuhkan waktu yang lama, Bumi akan bisa mengendalikan jumlah oksigen di dalam atmosfernya. Masalahnya, saat CO2 telah hilang apakah manusia masih akan ada. "Bumi akan menyeimbangkan dirinya sendiri, tapi tidak dalam skala waktu yang penting bagi manusia," tutup suares.
Video viral hari ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News