Dukung Depok Smart City, Pengmas UI Gelar Workshop Diseminasi Kompos MoL

03 Januari 2023 01:20

GenPI.co - Tim Pengabdian Masyarakat Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) Universitas Indonesia (UI) memberikan dukungan terhadap program Depok Smart City dengan menggelar Workshop Diseminasi Kompos MoL.

Workshop yang diinisiasi Tim Pengmas SIL UI menggunakan tema gerakan peduli sampah rumah tangga melalui Program Pengabdian Masyarakat yang bernama Workshop Diseminasi Teknologi Kompos MoL (Mikroorganisme Lokal) di Kelurahan Cinangka, Kecamatan Sawangan, Kota Depok.

Dalam rilis yang diterima GenPI.co, Selasa (3/1), acara workshop tersebut dilakukan bersama Pemerintah Kota Depok selama tiga pekan pada 5-19 November 2022 lalu.

BACA JUGA:  Wakil Ketua DPRD Depok Tajudin Minta Maaf Kasus Penganiayaan Sopir Truk

Acara workshop itu sendiri dihadiri oleh 21 ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikaya di RW04, Kelurahan Cinangka, yang merupakan Lokasi P2WKSS (Program Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera) Kota Depok.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, Kota Depok adalah salah satu kota satelit ibu kota Jakarta dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi ke tiga di Jawa Barat, yaitu sebesar 81,37 persen.

BACA JUGA:  Kerukunan Umat Beragama di Kota Depok Diperkuat

Berkembangnya Kota Depok sebagai kota satelit ibu kota negara, yang juga dipadati oleh berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, berimplikasi pada tingginya jumlah timbulan sampah.

Dinas Lingkungan Hidup Kota Depok bahkan menyebutkan bahwa volume sampah di Kota Depok telah melebih kapasitas volume dari Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Cipayung yang hanya sebesar sebesar 750 ton/hari.

BACA JUGA:  Warga Depok Deklarasi Ganjar Pranowo Presiden 2024

Volume sampah di Kota Depok pada tahun 2020 tercatat mencapai 1.250 ton/hari, sedangkan pada 2022 volumenya meningkat 100 ton/hari.

Pada hal ini, Dinas Lingkungan Hidup Kota Depok juga menyatakan bahwa sampah rumah tangga adalah salah satu sumber terbanyak.

Berkaitan dengan itu, Pemerintah Kota Depok di dalam Peraturan Daerah Pemerintah Kota Depok No. 5 Tahun 2015 menyatakan perlu adanya sistem pengelolaan yang dilakukan secara mandiri pada sampah rumah tangga.

Artinya, warga diharapkan mampu mengolah sampah rumah tangganya guna mengurangi volume sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Cipayung.

Acara dibuka dengan sambutan dari Wakil Walikota Kota Depok H. Imam Budihartono, Ketua Koordinator Kegiatan Workshop Dr. Sri Setiawati Tumuyu, aktivis pegiat teknologi kompos MoL, serta tim penilai P2WKSS Nasional.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi dan pelatihan kepada para peserta. Pelatihan tersebut dibagi ke dalam tiga tahapan dengan jarak setiap tahapan adalah satu pekan.

Pekan pertama (5 November 2022) berfokus pada pemberian materi secara umum serta pelatihan dan pendampingan pembuatan MoL.

Pekan kedua (12 November 2022) berfokus pada pembuatan cairan MoL. Lalu, pekan ketiga (19 November 2022) berfokus pada evaluasi cairan MoL yang dihasilkan.

Pelatihan dan pendampingan tersebut tidak hanya dilakukan oleh Dosen dan Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, tetapi juga beberapa alumni lainnya.

Berkaitan dengan ini, Alumni Program Magister Ilmu Lingkungan Aryani menyatakan sangat senang dapat ikut serta membagikan ilmu dalam kajian tesisnya untuk mendukung pengembangan lokasi P2WKSS Kota Depok dan pencapaian konsep Depok Smart City.

“Senang sekali rasanya kalau ilmu kita bisa dibagi dan diterapkan secara nyata untuk pengembangan lingkungan dan masyarakat, apalagi di sini mereka juga punya program berkebun, jadi cocok banget untuk mendukung kegiatan berkebunya,” kata Aryani dalam keterangan resmi yang diterima GenPI.co, Selasa (3/1).

Program tersebut awalnya diinisiasi oleh dosen tetap SIL UI Dr. Hayati Sari Hasibuan dan Dr. Sri Setiawati Tumuyu.

Mereka menilai bahwa penerapan dan pengembangan tekonologi kompos MoL dapat menjadi salah satu solusi yang dapat menghadirkan banyak manfaat secara berkelanjutan.

“Penerapan dan pengembangan teknologi MoL ini tidak hanya mengurangi volume timbulan sampah yang berdampak pada kualitas kesehatan lingkungan bio-fisik, tetapi juga dapat mendukung tercapainya konsep economy circular serta kemandirian produksi sumber pangan untuk ketahanan pangan secara tidak langsung,” ungkap Hayati.

Sejalan dengan itu, Dr. Sri Setiawati Tumuyu juga menegaskan bahwa cara pembuatan pupuk Mo Lini mudah dengan bahan-bahan yang mudah didapat dan murah.

“Bahan dasar pembuatan MoL ini adalah nasi atau roti yang sudah kadarluarsa atau yang tidak layak konsumsi. Pengolahan MoL ini tidaklah sulit. Nasi atau roti diletakkan kedalam besek lalu didiamkan selama 7—14 hari di tempat gelap dan tertutup serta 3 sdm gula dan limbah air cucian beras yang dapat diolah untuk membantu proses fermentasi pada MoL ini,” ucap Sri.

Lebih dari itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat mendukung terciptanya konsep Depok Smart City melalui pengimplementasian pilar Smart Society yang didukung dengan Smart Governance untuk menciptakan Smart Environment bagi terciptanya Smart Living dan Smart Economy dengan tujuan akhir adalah Smart Branding.

Pada konteks masalah persampahan, makna dari pencapaian pilar Smart Society adalah perbaikan mentalitas masyarakat, sebagai sumber penghasil sampah, terkait dengan pola dan gaya hidup yang berkembang.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cosmas Bayu

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co