Sejarah Paskibraka: Berawal dari 5 Pemuda Pilihan Ajudan Bung Karno

16 Agustus 2022 11:10

GenPI.co - Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia selalu dihiasi dengan agenda pengibaran dan penurunan bendera oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).

Ada cerita panjang di balik terbentuknya Paskibraka. Cerita tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga RI Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 0065 Tahun 2015 tentang Penyelanggaran Kegiatan Pengibar Bendera Pusaka.

Dalam aturan itu disebutkan, Paskibraka lahir bersamaan dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dikumandangkan di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta, pada Jumat, 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 WIB.

BACA JUGA:  Diperingati Tiap 6 Juli, Hari Ciuman Sedunia Punya Sejarah Unik!

Setelah Proklamasi untuk kali pertama secara resmi diperdengarkan, bendera kebangsaan Merah Putih dikibarkan oleh dua orang muda-mudi yang dipimpin oleh Latief Hendraningrat.

Namun, setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, perjuangan belum usai. Belanda masih tetap ingin menguasai Indonesia sehingga pertempuran dan perjuangan masih berlanjut.

BACA JUGA:  Mengedukasi Sejarah di Komunitas Malam Museum

Pada 4 Januari 1946, situasi Jakarta sangat genting, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden RI Indonesia Mohammad Hatta meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta menggunakan kereta api.

Bendera Pusaka turut dibawa dan dimasukkan dalam koper pribadi Presiden Soekarno. Selanjutnya, ibu kota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.

BACA JUGA:  Mengenal Kebun Binatang Bandung dari Ahli Sejarah UPI

Pada situasi itu, gagasan mengenai Paskibra lahir. Pemerintahan ibu kota Indonesia berada di Yogyakarta.

Menjelang HUT ke-2 RI, Presiden Soekarno memerintahkan ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar untuk menyiapkan pengibaran bendera di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.

Mayor Husein Mutahar berpendapat sebaiknya pengibaran bendera dilakukan oleh para pemuda Indonesia.

Lantaran masih dalam keadaan darurat, maka Husein Mutahar hanya menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri dari 3 orang putri dan 2 orang putra sebagai perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih.

Pada pertengahan Juni 1948, setelah misi penyelamatan bendera pusaka selesai dilakukan oleh Husein Mutahar, dia tidak lagi menangani masalah pengibaran bendera pusaka.

Pada 1967, Husein Mutahar yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan dipanggil oleh Presiden Soeharto untuk menangani kembali masalah pengibaran bendera pusaka dengan ide dasar dan pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta.

Sejak saat itu, pasukan pengibaran terdiri dari 3 kelompok yakni, kelompok 17 sebagai pengiring depan, kelompok 8 sebagai pembawa bendera, dan kelompok 45 sebagai pengawal. Tiga kelompok tersebut merupakan simbol tanggal Proklamasi Indonesia.

Nama pasukan pengibar bendera baru muncul pada tahun 1973. Idik Sulaeman sebagai pembina pasukan pengibar bendera mengusulkan nama Pasukan Pengibar Bendera atau Paskibra.

Kini, setiap kali upacara bendera di hari kemerdekaan Indonesia, para Paskibraka nasional ditugaskan untuk mengibarkan Sang Bendera Pusaka.

Namun, saat ini tidak seperti dulu lagi yang langsung ditunjuk untuk mengibarkan bendera. Terdapat beberapa persyaratan untuk bisa mengibarkan bendera pusaka.

Salah satunya melalui berbagai seleksi dan rekruitmen berjenjang mulai tingkat kecamatan, tingkat kabupaten atau kota, tingkat provinsi dan tingkat Nasional. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co