GenPI.co— Pertama kali dipentaskan pada 1986, karya teater pujangga sastra WS Rendra bertajuk ‘Panembahan Reso’ sukses menyedot lebih dari 15 ribu penonton dengan durasi 7,5 jam nonstop. Kisah ceritanya dianggap mampu mengangkat subsesi kehidupan masyarakat.
Mengulang kesuksesan pementasan di Istora Senayan Jakarta 23 tahun lalu, karya ini kembali dipentaskan. Bedanya jika dulu durasi pentas lebih dari 7 jam, tahun ini lakon teater berlangsung lebih padat yakni 3 jam. Sang sutradara pun melakukan pendekatan agar cerita ini bisa diterima kaum milenial.
Baca juga:
Danang : Panembahan Reso Mirip Games of Throne Tanpa Naga
Maryam Praba, Hidupkan Karya Ayahnya WS Rendra di Panembahan Reso
“Cerita ini universal, apakah itu kekuasaan politik, kekuasaan ekonomi itu sangat universal bisa berlaku di segala zaman. Saya kira kaum milenial pun juga menyangkut bagaimana dia akan mencapai cita-citanya terus liku-liku yang harus dicari jadi multi dimensi kemanusiaannya ada,” ujar Hanindawan, sang sutradara kepada GenPI belum lama ini.
Sutradara asal Solo tersebut menyebut karya WS Rendra ini menenkankan pada perilaku orang -orang dalam mencapai kekuasan. Mereka mengerahkan segala ambisi, penghianatan dan perhitungan untuk mencapai tujuannya. Sehingga isu tersebut sangat relevan dengan kondisi kehidupan manusia di era sekarang.
“Saya percaya kepada kemampuan penonton, jadi penonton sekarang itu sudah pandai. Yang penting kalo tontonan itu bagaimana referensinya bisa membantu, mungkin penonton banyak juga yang lebih pinter,” imbuh Hanindawan.
Terkait dengan pengembangan dialog pada lakon teater ini, Hanin mengaku tidak ada penambahan sama sekali. Namun, katanya, ada beberapa bagian dialog yang akan ia padatkan. Selebihnya faktor adegan visual menjadi daya pikat pelengkap cerita.
Secara struktur cerita, ia juga tak banyak mengubah ide pokoknya. Sehingga penonton tidak akan kehilangan jalan cerita, dramatisasi teksnya, dan gagasan Rendra dalam 'Panembahan Reso'.
Lebih lanjut Hanin menjelaskan untuk pementasan teater ini, ia akan melakukan adaptasi karya Barata Yudha. Cara tersebut dinilai sangat cocok untuk menyelipkan unsur cerita yang sarat dengan perebutan kekuasaan namun dikemas melalui pendekatan masa kini.
“Kami menggunakan atmosfer Barata Yudha, yakni cara mendapatkan kekuasaan. Intrik siasat memunculkan nafsu keangakara murkaan untuk mendapatkan kekuasaan. Saya kira ini bisa menjadi refleksi bagi bangsa,” tambahnya.
Karya teater WS Rendra digelar untuk memperingati 1 dekade wafatnya sang maestro. Teater 'Panembahan Reso' yang dimotori oleh Borobudur Writers and Cultural Festival Society, GenPI.co, dan Ken Zuraida Project akan digelar pada pengujung Desember 2019, di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM).
Teater ini diperankan oleh sejumlah nama besar yang tak asing lagi di jagad seni peran, seperti Sha Inne Febriyanti, Sruti Respati, Whani Darmawan, Gigok Anuraga, Djarot Budi Darsono.
Ada pula selebritas Dhimas Danang hingga pedangdut Ucie Sucita. Mereka yang akan terlibat dalam pementasan ‘Panembahan Reso’ ini adalah gabungan produser dan seniman teater dari Solo, Yogyakarta, dan Jakarta.
Jangan sampai ketinggalan! Kamu sudah lihat video ini ?
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News