GenPI.co - Ketua BEM UI Bayu Satrio Utomo menyatakan pergerakan besar-besaran telah dipersiapkan untuk menentang disahkannya Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP).
"Semua yang hadir di sini adalah simbol dimulainya suatu gelombang pergerakan besar. Sepakat kawan-kawan?" kata Bayu di kawasan Patung Kuda Monas, Jakarta, Selasa (21/6).
Bayu menganggap massa aksi yang hadir untuk menentang RKUHP merupakan simbol perlawanan. Mereka tak ingin RKUHP disahkan.
Soal penolakannya, kata Bayu, pihaknya masih mengacu pada draft RKUHP versi 2019.
Sebab, hingga hari ini draft terbaru RKUHP masih belum dibuka oleh pemerintah dan DPR RI.
Menurutnya, pada versi awal saja, RKUHP banyak ditolak karena mengandung pasal-pasal bermasalah.
"Perlu diingat bahwa 2019 adalah tahun gelombang mahasiswa yang mana lebih besar dibanding 1998," ungkapnya.
Menurutnya, 2019 merupakan tahun peringatan bagi pemerintah untuk lebih peduli terhadap suara-suara mahasiswa.
Bayu sendiri menganggap aksi massa yang digelar di Jakarta hari ini hanya simbolik belaka.
"Artinya, teman-teman di setiap wilayah Indonesia sudah siap bergerak (sama-sama akan membuat aksi, Red)," ujar Bayu.
Dia menegaskan alarm panggilan turun ke jalan untuk menantang kembali RKUHP telah dibunyikan.
"Kami di Jakarta menghasilkan simbol perlawanan sekaligus memperingatkan seluruh daerah bergerak melawan RKUHP," tegasnya.
Menurut Bayu, draft RKUHP versi 2019 punya banyak sekali permasalahan.
Pihaknya khawatir RKUHP yang akan disahkan masih mengandung pasal-pasal yang berpotensi membungkam kebebasan berpendapat.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News