GenPI.co - Ulama ahli tafsir Alquran KH Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha menjelaskan tentang ajaran Manunggaling Kawula Gusti yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar.
Dia berkata, ajaran itu lahir karena seseorang terlalu percaya diri jika Tuhan sudah menyatu ke dalam dirinya.
Seperti cerita Syekh Siti Jenar saat itu dia dipanggil Walisongo untuk diadili sebab mempunyai aliran Wahdatil Wujud.
Ketika dia berada di rumah, ada utusan Walisongo yang datang, “Siti Jenar, kamu dipanggil Walisongo,” katanya
“Di sini tidak ada Siti Jenar, adanya Allah!”
Akhirnya, kata Gus Baha, utusan Walisongo pulang. Kata Syekh Siti Jenar, tidak ada makhluk, yang ada hanyalah Allah.
Entah Walisongo lupa atau memang keliru, namanya wali juga manusia.
“Ya sudah, Allah panggil..!!” kata Walisongo. Karena kalau disebut Siti Jenar tidak mau.
Utusan Walisongo tadi akhirnya datang lagi, “Siti Jenar, kata Walisongo, Allah dipanggil”
“Wali bodoh, Allah jangan dipanggil, tidak sopan,” kata Syekh Siti Jenar kepada utusan Walisongo.
Sudah dua kali Siti Jenar dipanggil tidak mau datang, Walisongo pun kesal dan mengurus Sunan Kalijaga untuk mengajak perang.
Nah, salahnya Siti Jenar, dia kalah dalam peperangan tersebut.
Akhirnya kita secara sederhana kan bisa menyimpulkan, bahwa jelas itu bukanlah Allah.
"masa Allah kok kalah sama Sunan Kalijaga," kata Gus Baha.
Menurut Gus Baha, cerita Syekh Siti Jenar di bolak-balik. Para penggemar Wahdatil Wujud menyebut yang menang perang adalah Syekh Siti Jenar, jenazahnya wangi, lalu mengarahkan Walisongo yang curang.
"Apa pun itu, aliran Wahdatil Wujud tidak mungkin benar. Bagaimana pun kita pernah 'tidak ada' menjadi 'ada', itu bukti bahwa kita adalah 'makhluk'," pungkas Gus Baha. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News