Pengamat Bongkar Tantangan Media Mainstream di Era Media Sosial

13 Juni 2022 12:25

GenPI.co - Pengamat politik Dr. Heri Budianto, M.Si. mengungkap tantangan media mainstream di era media sosial seperti saat ini.

Hal tersebut disampaikan dalam webinar bertajuk “Infighting, Tantangan Media Mainstream di Era Media Sosial” yang digelar Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada Sabtu (11/6).

"Tantangannya adalah fakta geliat media sosial begitu kuat memasuki sendi-sendi kehidupan masyarakat, menerobos ruang dan waktu, yang juga menjadi tantangan bagi media mainstream," kata Ketua Program Studi Pascasarjana UMB itu.

BACA JUGA:  Kenapa Orang Bisa Punya 2 Akun Media Sosial? Simak Kata Pakar

Analis senior Drone Emprit, Yan Kurniawan yang juga tampil sebagai pembicara menyebutkan pengguna media sosial di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat, dari sekitar 12,6 persen, dari 170 juta pengguna pada Januari 2021 menjadi 192 juta pada Januari 2022.

Adapun platform media sosial yang tumbuh pesat di Indonesia adalah TikTok dan Twitter.

BACA JUGA:  Pakar Komunikasi Beri Tips Membangun Citra Diri di Media Sosial

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Yan menjelaskan media mainstream perlu membangun engagement publik di media sosial.

Dalam konteks tersebut, media online atau media mainstream diharapkan memiliki strategi yang baik, dengan memperhatikan isu-isu menarik di publik.

BACA JUGA:  Regulasi dan Kode Etik Media Sosial Perlu Dibentuk, Kata Pengamat

Lebih lanjut, Yan mengatakan media mainstream perlu menguatkan literasi media pada masyarakat karena media sosial menghadirkan risiko hoax yang tinggi.

"Media mainstream harus berupaya mengambil inisiatif untuk menjadi pionir informasi yang valid karena banyak hoaks," tegas Yan.

Dalam kesempatan yang sama, dosen Magister Ilmu Komunikasi UMB Dr. Ahmad Mulyana, M.Si menilai tantangan media mainstream di era media sosial masih dapat dikelola dengan mengutamakan kolaborasi dan literasi.

"Kolaborasi tersebut berangkat dari pemahaman terhadap realitas baru, cyberspace," ujarnya.

Dengan konsep kolaborasi dan fokus pada literasi, diharapkan masing-masing platform mampu menyediakan kebutuhan akan informasi yang baik.

"Jadi, tidak cenderung fokus ke logika pasar. Kolaborasi perlu dikembangkan antar industri media, untuk meningkatkan kebutuhan akan informasi kebaikan," pungkas Mulyana. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Yasserina Rawie

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co