GenPI.co - Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Marsekal Madya TNI Henry Alfiandi angkat bicara pencarian terhadap anak Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz di Sungai Aare, Swiss.
Henry mengungkapkan beberapa faktor yang dinilainya menjadi penyebab mengapa pria yang akrab disapa Eril itu masih belum ditemukan.
Menurut Henry, derasnya air Sungai Aare merupakan hasil dari lelehan atau cairan gletser setelah memasuki musim panas.
"Ini kan sudah menjelang musim panas ya. Arus sungai makin kuat karena lelehan salju dan airnya dinging sekali," kata Henry di kanal YouTube Intens Investigasi, Sabtu (4/6).
Di samping itu, dia juga mengomentari tentang metode pencarian Eril di Sungai Aare.
Berdasarkan pengamatan Henry, metode pencarian di Swiss sangat berbeda dengan di Indonesia.
Metode pencarian di Swiss terlihat menggunakan teropong air yang dinilai masih sangat manual sehingga membuat tim kesulitan menemukan Eril.
"Sistem pencarian di sana kalo saya liat masih manual. Sedangkan di Indonesia kita sudah pakai teknologi radar," ungkapnya.
"Kita ini menggunakan peralatan yang namanya underwater searching device, itulah inovasi kita. Yang kedua, menggunakan alat aqua eye, menggunakan detektor seperti radar," sambungnya.
Alat-alat yang digunakan Basarnas diakui bisa mendeteksi target, baik itu manusia maupun hewan.
Sementara itu, metode pencarian anak Ridwan Kamil masih manual di Swiss dengan menggunakan teropong kaca dinilai memiliki kelemahan ketika air sedang keruh sehingga tidak berfungsi dengan baik. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News