GenPI.co -- NS, eks mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang kini bermukim di Trenggalek, Jawa Timur, mengaku terkejut dengan pemberitaan masif soal Papua di berbagai media 2 hari ini. Dia tak menyangka di wilayah Jatim pula lah timbul kasus pengusiran atas mahasiswa Papua. Padahal semasa kuliah, dirinya dan mahasiswa berdarah Jawa lainnya tidak pernah ada masalah dengan kawan mereka yang berasal dari pulau paling Timur Indonesia itu.
"Alhamdulillah gak pernah ada masalah. Mahasiswa Papua itu solidaritasnya sangat tinggi. Mereka sangat menghargai budaya setempat. Bahkan ada yang rela ambil kursus bahasa Jawa halus biar bisa diterima kalangan sepuh di sekitar kampus ISI," ujar NS kepada GenPI.co di Karangan, Trenggalek, Selasa (20/8).
NS menyebutkan, para mahasiswa Papua ini memang berkarakter unik. Mereka senang bergaul dengan masyarakat sambil memberikan oleh-oleh apa saja. Entah kopi, buah merah, yang khas dari sana. "Kalau mereka habis pulang kampung, kesini tuh bawa macem-macem. Apa saja dibawa. Kerajinan khas papua. Barangkali satu desa kebagian," NS tergelak.
Beruntunglah mereka yang tinggal di Yogyakarta. Mahasiswa Papua di sana hampir jarang menerima perlakuan rasis, "Kita baik, mereka 2 kali lipat lebih baik ke kita. Seumur-umur kita akan diingatnya sebagai saudara. Ke mana pun mereka pergi, kita tidak akan pernah dilupakannya," ucap NS lagi.
NS memiliki sahabat asal Papua bernama Al dan Bas (nama samaran). Keduanya sangat dekat seperti saudara. Meski sudah lama lulus dari ISI dan kedua sahabatnya kini sudah di Papua, saat NS menikah, mereka rela datang jauh-jauh dari tanahnya hanya untuk menghadiri perkawinan NS. "Sumpah saya terharu banget. Tak nyangka. Malah teman yang di Jakarta tidak datang padahal masih satu pulau. Tapi ya saya maklumin aja. Mungkin ada kesibukan," imbuhnya.
Lingkungan kampus NS dahulu layaknya Indonesia kecil. Semua suku ada di sana dengan keunikannya masing-masing. Tapi yang paling dikenang oleh NS, mereka semua penganut faham 'Dimana bumi dipijak, Disitu langit dijunjung'. "Entah yang dari kalimantan, Sumatera, NTB, Sulawesi, NTT, Papua, teman-teman saya semua seperti itu. Sangat menghormati budaya setempat. Ada satu-dua yang nakal, tapi langsung diingatkan oleh seniornya. Jadi terkontrol," kata NS.
NS malah malu dengan kelakuan beberapa rekannya yang berdarah Jawa ketika KKN di satu daerah di Jawa Tengah. Tata krama masuk ke wilayah baru sangat tidak dijaga. "Jadi saya pernah KKN di salah sati desa di Jateng. Percaya opo ndak, terserah, konon desa itu banyak tempat yang dikeramatkan. Eh, lho, yang Jawa malah kelakuanne koyo as* ih. Main sembarangan kencing, tidak permisi-permisi. Makanya, mahasiswa Jawanya banyak yang kesurupan. Anak Papua beda, mereka ajak 'ngobrol' tempat itu. Pohon misalnya, mereka ajak ngobrol sebelum numpang pipis di pohon. Itu saja sudah menggambarkan adab, tho?" cerita NS.
NS juga mengisahkan, suatu hari rekan Papuanya ada yang menerima perlakuan rasis dari mahasiswa asal Jakarta. "Sampai-sampai dia bilang 'itulah kenapa aku lebih suka bicara sama pohon ketimbang manusia. Mereka tidak akan menyakiti kami. Di Papua, kami pun amat menyayangi pohon sebagai simbol kehidupan'. Sejak dia cerita begitu, saya sampai tidak tega petik daun," NS tertawa kecil mengingat pertemanannya dengan sejumlah mahasiswa Papua.
Bagi NS pertemanan dengan mahasiswa Papua memiliki kesan tersendiri yang tak pernah bisa dilupakan. Sebab itu, dia amat menyayangkan sikap rasis yang dilakukan pihak-pihak yang tak bertanggungjawab. Apalagi ada oknum pejabat yang terkait pernyataan kontroversial soal Papua. NS sepakat jika permasalahan ini diusut sampai kelar demi memulihkan situasi.
Baca juga:
Tak Kenal Maka Tak Sayang, Yuk Kenali Papua dari Lagu Ini
Demi Wakilnya, Wali Kota Malang Minta Maaf ke Rakyat Papua
Jokowi : Pemerintah Akan Jaga Kehormatan Papua
Percakapan Menyentuh Gubernur Soal Mahasiswa Papua di Yogyakarta
"Iya lah harus diusut sampai tuntas. Mau sampai kapan seperti ini terus? Gampang sekali bangsa ini dipecahbelah. Lihat sejarahnya. Kalau memang Papua bagian dari Indonesia, ya 'diurusin' lah. Jangan cuma dikeruk sumber daya alamnya doang," ujar NS berapi-api.
NS juga meminta Wakil Walikota Malang, Jatim, Sofyan Edi Jarwoko agar mempertanggungjawabkan ucapannya yang dinilai amat menyakitkan soal pengusiran mahasiswa Papua. "Walkot (Sutiaji) jangan pasang badan. Apa sulitnya minta maaf? Kalau sudah ribut-ribut begini baru deh pada perhatian sama Papua. Lah kemarin kemana saja? Pak Jokowi, jangan setengah-setengah bangun Papua. Sampai tuntas, pak," pungkas NS mengakhiri percakapan dengan GenPI.co
Simak video pilihan redaksi berikut ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News