Pelopor Karnaval, Ini Rekam Jejak Banyuwangi Ethno Carnival 

27 Juli 2019 22:57

GenPI.co— Sebagai salah satu pelopor kegiatan karnaval dengan konsep kearifan lokal, Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) selalu konsisten dalam mengangkat berbagai keberagaman kebudayaan di Bumi Blambangan. 

Event yang pertama kali diselenggarakan pada 22 Oktober 2011 ini tetap setia mengangkat satu persatu unsur kebudayaan serta sejarah dari kabupaten berjuluk The Sunrise of Java tersebut.

Semua itu bisa terlihat dari keberagaman busana yang dipakai pada setiap talent BEC setiap tahunnya. Selain keberagaman busana karnival yang mengedepankan budaya lokal, disetiap perjalanannya Banyuwangi Ethno Carnival juga berusaha menghadirkan jalan cerita yang senada dengan tema yang dipilih.

Baca juga:

Banyuwangi Ethno Carnival Hadirkan Nuansa Kejayaan Blambangan

Ini 10 Titik Panggung Rangkaian Banyuwangi Ethno Carnival 2019

Setiap tahunnya, berbagai tema yang mengangkat tentang kearifan lokal dari Bumi Blambangan selalu disajikan oleh pihak panitia. 

Berikut ini rekam jejak dari berbagai kearifan lokal yang diangkat melalui event Banyuwangi Ethno Carnival selama 9 tahun terakhir:

Ikon Kesenian Banyuwangi (2011)
Banyuwangi memulai event tahunan ini dengan mengangkat tema Ikon Kesenian Banyuwangi. Berbagai busana yang mereprentasikan ikon kesenian dari Kabupaten Banyuwangi seperti Tari Gandrung mulai dipamerkan sebagai perkenalan dari event BEC ini.

Re-Barong Using (2012)
Pada tahun kedua, Banyuwangi mencoba memperkenalkan dan mempopulerkan kembali kesenian Barong suku Osing Banyuwangi kepada khalayak lokal hingga berbagai daerah.

The Legend of Kebo-keboan (2013)
Banuwangi juga sempat mengusung budaya Kebo-Keboan kedalam pentas BEC. Kesenian kerbau jadi jadian yang diperankan oleh manusia ini disulap menjadi berbagai busana karnival yang menarik tanpa meninggalkan unsur tradisi yang berasal dari Desa Alasmalang, Banyuwangi.

The Mystic Dance of Seblang (2014)
Tahun keempat, BEC digelar dengan konsep kesenian Seblang (penari yang menari dengan kondisi tak sadar atau tertidur). Kesenian ini sendiri populer dilaksanakan sebagai tanda bersih desa masyarakat Suku Osing Banyuwangi.

The Usingnese Royal Wedding (2015)

Adat istiadat pernikahan Suku asli Banyuwangi, Suku Osing juga pernah dijadikan tema dari Banyuwangi Ethno Carnival. Berbagai usur adat pernikahan seperti Mupus Braen Blambangan, Sembur Kemuning, dan Sekar Kedaton Wetan dijadikan konsep dalam gelaran pada tahun tersebut.

The Legend of Sri Tanjung (2016)
Sejarah mengenai salah satu legenda dari leluhur masyarakat Banyuwangi, Pati Sri Tanjung juga pernah diangkat lewat berbagai busana karnival hasil kreasi berbagai desainer lokal dan berbgaai daerah.

Majestic Ijen (2017)
Kemegahan Gunung Ijen sebagai destinasi andalan Bumi Blambangan juga pernah dibawakan melalui busana dalam tiga tema yang berbeda, yaitu api biru, belerang, dan landscpae pemandangan. Setiap tema ini mewakili keindahan yang ditawarkan di Gunung Ijen tersebut.

Puter Kayun (2018)
Pada 2018, BEC Mengangkat kembali kisah tradisi Puter Kayun. Tradisi ini berdasarkan ritual tiap tanggal 10 Syawal yang dihelat oleh warga desa Boyolangu dengan cara menaiki dokar (delman) dari kawasan Boyolangu menuju Pantai Watu Dodol untuk melakukan selamatan bersih desa.

Kingdom of Blambangan (2019)

Pada tahun ini, Banyuwangi menghadirkan cerita perjalanan dari awal hingga masa kejayaan dari Kerajaan Blambangan. Berbagai busana dari tema yang diangkat Kingdom of Blambangan ini memukau setiap pasang mata yang menyaksikan.
 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co