Tak Mau Beri Sambutan di HAN, Ganjar Pilih Main Engklek

23 Juli 2019 16:24

GenPI.co - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kembali 'berulah'. Padahal, ia harus menghadiri sekaligus memberi sambutan dalam acara Hari Anak Nasional yang digelar di Grand Maerakaca Semarang.

Ganjar yang semula dijadwalkan naik panggung untuk memberi sambutan, malah turun. Acara memang dijadwalkan penuh dengan seremonial dan sangat protokoler.

Dan saat panitia memintanya sambutan, Ganjar justru menuju bawah panggung. 

Menggunakan kapur tulis, pria berambut putih itu terlihat menggambar sesuatu di lantai paving. Baru jadi separuh, ia meminta anak-anak TK dan SD maju mendekat. 

“Ada yang tau gambar ini?”, tanya dia pada anak-anak.

“Engklek!,” teriak anak-anak. 

Siswa SD Terang Bangsa bernama Yeski Alputra Emas kemudian diminta meneruskan karya Ganjar. Jadilah tujuh kotak bersambung membentuk mirip pesawat terbang.

“Ayoo… siapa yang bisa main engklek,” tanya Ganjar sekaligus ajakan kepada anak-anak.

Sejurus kemudian nampak anak-anak bergantian main engklek atau juga dikenal dengan nama sundamanda. Menggunakan pecahan genteng sebagai “gacuk”, kaki-kaki mungil itu meloncati kotak demi kotak. 

Baca juga:

Jokowi, Jamu dan Mug Burik 

Bu Risma Dapat Penghargaan dari Majalah Her Times 

Ganjar Gemas, Banyak Sampah ‘Hiasi’ Pantai 

“Awas jangan injak garis,” teriak Ganjar.

Selain main engklek, Ganjar juga meminta satu persatu unjuk penampilan. Ada yang menyanyi lagu kebangsaan, ada pula yang mengaji Surat Al Kautsar.

Yeski dan teman-temannya pun mendapatkan beragam hadiah dari Ganjar

"Senang sekali bisa main engklek bareng Pak Gubernur. Biasanya main dengan teman-teman di rumah. Selain engklek, saya biasa main petak umpet, gobag sodor, betengan dan lainnya," ucap Yeski.

Ganjar begitu senang melihat anak-anak masih banyak yang bisa permainan tradisional. Di tengah kemajuan zaman, permainan tradisional tidak boleh dilupakan.

"Sebenarnya ketika anak-anak berkumpul, mereka masih bermain permainan tradisional. Meskipun sekarang gadget sudah banyak, namun mereka tidak lupa dengan permainan ini, sehingga mereka punya kohesi dengan teman-teman seusianya," ucap Ganjar.

Tugas pemerintah, lingkungan dan orang tua lanjut dia adalah menjaga keceriaan anak-anak tersebut. Orang tua harus memberi teladan yang baik, sekaligus menjadi benteng akan pengaruh negatif kemajuan teknologi.

"Hati-hati, ada banyak bahaya seperti narkoba, bullying, paham radikal yang ada di media sosial. Orang tua harus mengawasi itu," terangnya.

Ganjar juga menyoroti persoalan Anak Dengan HIV/AIDs (ADHA) di Jawa Tengah. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, Jateng berada di peringkat empat jumlah ADHA terbanyak. Rinciannya; Papua 536 anak, Jatim 421 anak, Jabar 320 anak, Jateng 308 anak, dan DKI Jakarta 304 anak.

"Disamping negara, pemerintah dan orang tua membantu mereka dalam proses pengobatan, kita juga harus memastikan ADHA bisa bergaul dengan teman-temannya. Sehingga, mereka tetap memiliki teman, tidak diasingkan dan secara psikologis mereka merasa ada. Tinggal dokter, orang tua dan pemerintah menjelaskan pada anak-anak untuk tidak menjauhi mereka," tutupnya.

Simak juga video menarik berikut

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co