BMKG Beri Peringatan La Nina, Indonesia Terancam Bencana

31 Oktober 2021 04:40

GenPI.co - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati blak-blakan memprediksi peningkatan curah hujan secara konsisten akan terjadi sejak November hingga Januari 2022.

Pada November, beberapa wilayah diprediksi akan meningkat curah hujan bulanan 70, bahkan dapat mencapai 100 persen.

Sementara pada November 2021, diprediksi peningkatan curah hujan merata di Jawa, Bali, NTB dan cukup merata di NTT serta secara sporadis di Sumatera, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara.

BACA JUGA:  Dokter Boyke : Jangan Salah, Wanita Juga Ingin Begituan

Pada Desember 2021, diprediksi semakin meningkat di Jawa, Bali, NTB, NTT. Di Sumatera Utara, Kalimantan Selatan dan sporadis di Kalimantan Timur serta Sulawesi Selatan.

Meski sebagian daerah diprediksi mengalami dampak La Nina, sehingga mengalami peningkatan curah hujan, ada beberapa daerah yang justru kekurangan air karena intensitas hujan menurun, seperti Sumatera yang curah hujan sporadis dan Kalimantan Barat.

BACA JUGA:  Pepaya Campur Madu Khasiatnya Tokcer, Istri Bisa Lemas Bahagia

Jadi dalam satu pulau ada yang mengalami penurunan curah hujan dan ada pula yang meningkat. Sehingga perlu diwaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Menginjak, Januari 2022 dampak La Nina semakin meluas di Jawa, Bali, NTB, sebagian NTT, sporadis di Sumatera, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan sporadis di Kalimantan Timur serta hampir merata di Sulawesi.

BACA JUGA:  Cespleng! Tomat Campur Madu Khasiatnya Dahsyat, Pria Siap Goyang

Kemudian pada Februari 2022 diprediksi curah hujan meningkat di beberapa wilayah, masih merata dan meluas di Jawa, Bali, NTB dan NTT lebih tinggi.

Selain dampak La Nina, perlu diwaspadai badai tropis yang sering terjadi pada Januari-Februari yang muncul di wilayah NTT.

Paling mengkhawatirkan saat ini ialah BMKG berhasil monitoring terjadinya pendinginan suhu muka air laut di Samudera Pasifik ekuator sejak awal Oktober 2021.

Menurut BMKG, pendinginan suhu muka air laut mencapai minus 0,61 yang menunjukkan terjadi fenomena La Nina.

Dalam catatan BMKG penurunan suhu dingin secara teori telah melewati ambang batas 0,5 sebagai syarat terjadinya La Nina dengan intensitas lemah.

Apalagi saat ini, pada dasarian tiga Oktober, penurunan suhu muka laut di Samudera Pasifik ekuator terus bertahan, bahkan terdeteksi mencapai minus 0,92 dan jika mencapai satu, maka La Nina sudah mencapai level moderat atau menengah.

La Nina adalah fenomena yang dikontrol oleh perbedaan suhu muka air laut antara Samudera Pasifik bagian tengah (ekuator) dengan wilayah perairan Indonesia, sehingga suhu muka laut di wilayah Indonesia menjadi lebih hangat.

Kondisi tersebut menyebabkan tekanan udara yang mendorong pembentukan awan dan berdampak terjadi peningkatan curah hujan.

Seperti pengalaman La Nina pada 2020, terjadi peningkatan curah hujan 20-70 persen lebih tinggi dari normalnya dalam sebulan.

Kondisi tersebut tentu semakin mengkhawatirkan terlebih lagi Indonesia saat ini memasuki musim hujan.

Maka perlu diwaspadai potensi terjadinya peningkatan bencana hidrometeorologi.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co