GenPI.co - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, mengatakan bahwa Indonesia akan dihadapkan dengan potensi kerugian besar akibat perubahan iklim.
Menurut Suharso, kerugian tersebut berdampak dari sisi ekonomi dan sosial.
“Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan intervensi kebijakan untuk mengatasi hal tersebut,” katanya dalam kegiatan Peluncuran Laporan LCDI, Rabu (13/10).
Suharso memaparkan bahwa pandemi covid-19 dan ancaman perubahan iklim membuat Indonesia tak lagi sama dengan kondisi sebelumnya.
“Dari sisi ekonomi, perlu strategi besar untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke trayektori sebelum pandemi covid-19,” paparnya.
Sementara itu, pembangunan melalui cara “business as usual” sudah tak mungkin lagi dilakukan, terutama dalam jangka panjang.
“Berbagai tantangan tersebut menunjukan urgensi bagi Indonesia untuk membangun kembali dengan lebih baik atau ‘build back better’ pasca pandemi,” ungkapnya.
Suharso menuturkan bahwa pihaknya telah menyusun strategi pembangunan dengan menempatkan ekonomi hijau sebagai agen perubahan.
“Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan oleh Indonesia untuk mencapai target visi 2045 sekaligus keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah,” tuturnya.
Oleh karena itu, pembangunan rendah karbon menjadi salah satu prioritas nasional dalam rancangan RPJMN 2020-2024.
“Pembangunan rendah karbon juga menjadi tulang punggung menuju ekonomi hijau untuk pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.
Suharso mengatakan bahwa dukungan investasi terhadap pembangunan rendah karbon memiliki setidaknya dua manfaat.
“Pertama, dalam jangka pendek mendorong peningkatan lapangan pekerjaan hijau. Kedua, dalam jangka panjang dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan,” katanya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News