GenPI.co - Peneliti Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) Nurliah Nurdin mengatakan bahwa ada efek domino yang baik dari pelibatan perempuan sebagai penyelenggara pemilu.
Menurut Nurliah, pelibatan tersebut akan meningkatkan partisipasi politik perempuan.
“Mereka melihat penyelenggaranya ada yang perempuan, sehingga bisa membangun komunikasi,” katanya dalam webinar “Peluang dan Tantangan Keterwakilan Perempuan di KPU dan Bawaslu Menuju Pemilu 2024”, Minggu (10/10).
Nurliah memaparkan bahwa perempuan lebih paham terkait waktu yang tepat untuk mengajak masyarakat dalam memahami proses pemilu.
Kehadiran perempuan juga bisa meningkatkan terbentuknya kebijakan yang sensitif terhadap mereka.
“Perempuan bisa lebih cerdas memilih dan menghindari praktik politik uang. Hal itu pun bisa berimbas kepada tingginya kebijakan yang sensitif,” paparnya.
Direktur STIA LAN Jakarta itu menuturkan jika keterwakilan perempuan diabaikan, komitmen Indonesia akan kesetaraan gender akan dipertanyakan.
“Indonesia sudah ikut meratifikasi undang-undang keterwakilan perempuan yang masuk dalam salah satu prinsip pembangunan berkelanjutan atau SDGs,” tuturnya.
Lebih lanjut, warna maskulinitas dalam politik juga akan meningkat jika keterlibatan perempuan di dunia politik diabaikan.
“Ego untuk memenangkan satu hal dan mengalahkan pihak lain menjadi tinggi. Selain itu, pencalonan perempuan juga kebanyakan karena untuk membawa kepentingan perempuan,” ungkapnya.
Selain itu, akomodasi kebijakan kepemiluan terhadap kondisi perempuan dan anak juga akan terabaikan.
“Di birokrasi juga masih sedikit perempuan yang menduduki level tertinggi. Perempuan juga tak hanya harus take a seat, tetapi juga take a side,” ujarnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News