Awas! Tidak Lama Lagi Terjadi Tsunami 20 Meter, Ini Wilayahnya

22 Agustus 2021 05:20

GenPI.co - Waspada! Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas blak-blakan mengungkapkan potensi gempa bumi berkekuatan 8,7 hingga 9 SR di megathrust selatan Jawa.

Tak hanya itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga mengungkap kembali potensi kejadian tsunami di Selat Sunda.

Ngerinya, dari kedua tempat berbeda tersebut, jika gempa bumi megathrust terjadi, diprediksi bakal menimbulkan bencana tsunami setinggi lebih dari 20 meter yang juga akan menyapu Jakarta.

BACA JUGA:  4 Shio Ini Ahli Mencari Rezeki, Uang Mudah Datang, Cicilan Lunas

Menurut Pakar Geodesi ITB Heri Andreas, sifat gempa bumi adalah berulang. Artinya gempa yang telah terjadi akan terjadi lagi di masa kini dan yang akan datang. Secara bahasa keilmuannya disebut Earthquake Cycle.

"Megathrust ini dapat menghasilkan gempa dengan kekuatan sangat besar. Saat ini tengah berada di ujung siklus atau perulangan. Dengan kata lain berpeluang terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi," tegas Heri Andreas dalam keterangan resminya, Kamis (19/8/2021).

BACA JUGA:  Kocok Sirsak Campur Madu Khasiatnya Dahsyat, Bikin Terbelalak

"Bisa besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, bisa kapan saja," sambungnya.

Meski begitu, Ketua Lembaga Riset Kebencanaan Ikatan Alumni (IA-ITB) itu menjelaskan, hingga kini belum ada ilmuwan yang bisa memprediksi kapan datangnya gempa.

BACA JUGA:  Cespleng! Mentimun Campur Madu Khasiatnya Dahsyat

Karena itu tsunami akibat gempa megathrust tidak bisa diprediksi kapan waktunya.

"Dengan kata lain berpeluang terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi," tegasnya.

Sementara itu, data GNSS (Global Navigation Satellite System) mengkonfirmasi adanya akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga Pelabuhan Ratu dan selatan Parangtritis hingga selatan Pantai Jawa Timur.

"Jika gempa terjadi kekuatannya dapat mencapai 8.7 Mw hingga 9.0 Mw dan bisa jadi diikuti tsunami hingga 20 meter tingginya," ungkapnya.

Selain itu, dalam akumulasi energi itu, Jakarta kena dampaknya Gelombang tsunami berdasarkan hasil pemodelan.

"Ternyata bisa sampai di pesisir Jakarta dengan ketinggian 1 meter hingga 1.5 meter. Dibanding dengan 20 meter tentunya 1 meter adalah kecil. Namun faktanya, saat ini pesisir Jakarta wilayahnya sudah ada di bawah laut hingga minus 1-2 meter, ini artinya potensi tsunami akan lebih besar," bebernya.

Namun yang bikin heboh, berdasarkan hasil simulasi model, run up tsunami dapat mencapai sebagian besar Pluit, Ancol, Gunung Sahari, Kota Tua, hingga Gajah Mada.

"Kalau Kita perhatikan modelnya ternyata nyaris menyentuh Istana," ujar Heri Andreas.

"Gempa bumi dan tsunami merupakan bencana alam yang hampir tidak mungkin Kita cegah kecuali dengan Doa. Apa yang bisa kita perbuat adalah bagaimana kita bersiap menghadapinya," tuturnya.

Untuk itu, semua pihak harus mendukung pemerintah dalam mempercepat proses pembangunan tanggul di pesisir Jakarta.

"Takutnya tsunaminya keburu datang, karena saat ini tengah di ujung perulangan," pungkasnya.

Di sisi lain Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono memperingatkan potensi tsunami di Selat Sunda yang apabila terjadi, sanggup mencapai pantai ibu kota DKI Jakarta.

"Kajian potensi bahaya dengan menggunakan skenario terburuk penting untuk rujukan mitigasi, jadi kita ambil pahitnya agar kita lebih siap," jelas Daryono dikutip GenPI.co dari akun media sosialnya, Jumat (20/8).

Daryono menjelaskan tidak ada yang tahu pasti kapan akan terjadi tsunami dahsyat Selat Sunda tersebut. Atau bahkan, bisa jadi skenario terburuk tersebut tidak akan terjadi.

Daryono mengisahkan bahwa tsunami akibat erupsi besar Gunung Krakatau 138 tahun silam membangkitkan tsunami hingga setinggi lebih dari 30 meter dekat sumbernya.

Ini yang membuatnya berbeda dari tsunami 2018 yang disebut Daryono lebih kecil sehingga tidak sampai Jakarta.

"Gambaran Pantai Batavia dan Tanjung Priok yang dilanda tsunami saat itu sangat jelas dilaporkan Bataviaasch Handelsblad yang terbit pada 28 Agustus 1883," ungkap Daryono.

Di sana dilukiskan tsunami membanjiri pantai, mengempaskan perahu-perahu di pantai, menimbulkan kekacauan di Tanjung Priok, serta menenggelamkan 2 kapal.

Tsunami juga merusak beberapa jembatan dekat muara sungai di Batavia.

"Tsunami 1883 menjadi dasar bahwa tsunami dahsyat di Selat Sunda dapat berdampak di Jakarta," jelasnya.

Jejak tsunami saat itu juga tertera di Pulau Onrust yang merupakan bagian dari gugus pulau di Kepulauan Seribu.

Sejak 1848 Pulau Onrust difungsikan pemerintah Kolonial sebagai Pangkalan Angkatan Laut, namun sarana ini rusak berat diterjang tsunami 1883 tersebut.

Selain erupsi Gunung Krakatau, tsunami di Selat Sunda dapat pula dipicu gempa tektonik yang bersumber di zona megathrust.

Pemodelan yang dikerjakan BMKG menunjukkan tsunami dapat sampai ke Pantai Jakarta bila gempa yang terjadi berkekuatan hingga Magnitudo 8,7.

Hasil pemodelan menunjukkan tsunaminya sampai Pantai Jakarta sekitar tiga jam setelah gempa. Tinggi gelombang yang datang 0,5 meter di Kapuk Muara-Kamal Muara dan 0,6 meter di Ancol-Tanjung Priok.

Oleh sebab itu, untuk mendukung upaya mitigasi konkret, BMKG menyatakan menyusun peta bahaya tsunami itu untuk seluruh pantai yang dianggap rawan.
Untuk Pulau Jawa, sudah dibuat sebanyak 41 peta, dengan rincian: 5 peta di Banten, 5 peta di Jawa Barat, 17 peta di Jawa Tengah, 3 peta di DI Yogyakarta, dan 11 peta di Jawa Timur.

Potensi tsunami Jawa Timur, berdasarkan pemodelan, belum lama diungkap BMKG. Gempa megathrust dari selatan Jawa disebutkan mampu memicu tsunami terbesar hingga 28 meter yang bakal menerjang Pacitan.(*)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co