GenPI.co - Ahli Epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai banyak kasus covid-19 yang tak terdeteksi selama PPKM berlangsung.
Apalagi, di tengah jumlah tes covid-19 yang semakin menurun dan menjauhi standar WHO.
Oleh sebab itu, Dicky Budiman menilai puncak covid-19 terjadi di akhir Juli hingga awal Agustus.
"Puncaknya sebetulnya kalau dilihat dari positivity rate ya, angka kematian, puncaknya tetap di akhir Juli di awal Agustus," jelas Dicky Budiman dalam keterangannya, Senin (9/8).
Dicky Budiman juga sempat memproyeksi harian infeksi covid-19 di puncak mencapai 200 ribu kasus per hari.
"Dan dalam hitungan minimal saya saja, setidaknya satu juta kasus yang nggak terdeteksi selama PPKM ini," tegasnya.
Menurut Dicky Budiman, selisih yang tinggi dari angka covid-19 resmi laporan pemerintah, memicu risiko di daerah-daerah terpencil dengan akses kesehatan terbatas.
Banyak di antaranya berpotensi mengalami lonjakan kasus covid-19.
Hal ini yang dikhawatirkan Dicky Budiman membuat Indonesia menghadapi wabah covid-19 dalam waktu yang sangat panjang.
"Jadi kasusnya bukan 50 ribu, jelas. Jauh lebih besar dari itu, dan ini berbahaya, karena pertama bahwa artinya ada sebaran-sebaran yang tidak kita kendalikan, tidak bisa kita ketahui, itu berpotensi nanti memunculkan lonjakan-lonjakan di kampung, desa, yang sekarang terjadi," bebernya.
Pernyataan Dicky Budiman ini sekaligus bertolak belakang dari keterangan yang diungkapkan koordinator PPKM Jawa Bali Luhut Binsar Pandjaitan.
Luhut Pandjaitan menyebut tren kasus Corona di Indonesia selama sepekan terakhir memperlihatkan perkembangan ke arah lebih baik.
Misalnya, hunian bed occupancy rate (BOR) di hampir seluruh wilayah Jawa Bali menurun.
Hal tersebut diungkapkan dalam keterangan pers saat mengumumkan perpanjangan PPKM Level 4, Senin (9/8).
Luhut Pandjaitan juga mengklaim puncak corona sudah tercapai di 15 Juli 2021 dengan penambahan menembus 56 ribu kasus.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News