GenPI.co - Rencana PPKM Darurat yang dibuka bertahap pada 26 Juli dikritisi epidemiolog UI Pandu Riono. Presiden Jokowi langsung dianya data akurat berbasis ilmu pengetahuan.
Presiden Jokowi sebelumnya mengatakan penerapan PPKM darurat yang dimulai pada 3 Juli 2021 adalah kebijakan yang tidak bisa dihindari.
"Ini dilakukan untuk menurunkan penularan covid-19 dan mengurangi kebutuhan masyarakat untuk pengobatan di rumah sakit agar tidak lumpuh lantaran overkapasitas pasien covid-19," kata Jokowi.
Presiden mengungkap ini dalam jumpa pers yang disiarkan langsung secara langsung di akun YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (20/7).
"Agar layanan kesehatan untuk pasien dengan penyakit kritis lainnya tidak terganggu dan terancam nyawanya," tambahnya.
Jokowi menyebut pemerintah selalu memantau dan memahami dinamika di lapangan.
Pemerintah, menurutnya, juga mendengar suara-suara masyarakat yang terdampak PPKM.
"Karena itu, jika tren kasus terus mengalami penurunan, maka tanggal 26 Juli 2021 pemerintah akan melakukan pembukaan secara bertahap," ujarnya.
Ending-nya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan PPKM Darurat akan dibuka bertahap jika hingga 26 Juli ada penurunan jumlah kasus.
Epidemiolog UI, Pandu Riono, langsung mempertanyakan kriteria berbasis ilmu pengetahuan atau sains jika PPKM Darurat dilonggarkan.
"Itu persiapan tanggal 26 (Juli). Ya seperti itu yang saya baca. Bukan perpanjangan PPKM Darurat. Pelonggaran PPKM Darurat tanggal 26 (Juli), dipersiapkan selama lima hari ini," kata Pandu Riono kepada wartawan, Selasa (20/7/2021).
Pandu Riono menilai, saat menerapkan pengetatan dan pelonggaran, pemerintah tak menggunakan kriteria yang berbasis sains.
Untuk mengendalikan penyebaran kasus, Pandu menilai harus ada basis data yang akurat untuk memperketat dan melonggarkan aktivitas warga.
"Yang setuju pelonggaran siapa? Upaya pengetatan atau pelonggaran harus ada kriteria yang jelas. Nah ini kan tidak menggunakan kriteria yang jelas. Harus ada kriteria, kalau kita mau berbasis sains dan berbasis data yang akurat, itu adalah kriteria epidemiologi, kriteria dari surveillance," tambahnya.
Tren kasus hingga tren tes Corona pun dinilai Pandu Riono penting dalam menentukan kebijakan pengetatan atau pelonggaran.
Pandu juga menyoroti kasus harian corona yang menurun selaras dengan tes corona yang juga ikut turun.
"Kita bukan melihat harian. Kita melihat tren. Apakah trennya konsisten menurun signifikan? Apakah tren testing-nya naik? Kalau tren-nya kasus menurun tapi testing-nya juga turun, nah ini jangan percaya. Harusnya (testing) naik terus, karena kita menekan dari angka positivity rate-nya," sambungnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News