GenPI.co - Permintaan maaf Luhut Binsar Pandjaitan dikomentari pengamat. Gentur tubuh dan sikap saat membaca teks permintaan maaf Luhut juga dianalisis. Analisisnya dahsyat dan mengejutkan.
Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun membedah hal ini.
Analisis muncul lantaran Luhut Binsar Pandjaitan merupakan sosok yang jarang membaca teks dalam menyampaikan sesuatu.
Menurut Ubedilah, permintaan maaf tersebut bisa saja terjadi karena mulai terlihat keadaan yang sebenarnya.
Atau mungkin, karena ada yang menegurnya langsung. “Mungkin Jokowi menegur. Tetapi Jokowi kurang berani untuk menyingkirkan LBP dari barisan istana,” kata Ubedilah.
Kemungkinan kedua, Luhut mulai malu pada rakyat karena telah gagal saat diberi amanah sebagai Koordinator PPKM Darurat.
“Tapi bisa juga ekspresi tersebut sebagai cara LBP menyembunyikan peristiwa yang sebenarnya di Istana soal PPKM Darurat,” pungkas Ubedilah.
Analisis itu bukan tanpa sebab. Maklum, Luhut disebut Ubedilah selalu berapi-api.
Tapi dalam keterangan pers yang disampaikan secara daring tersebut, Luhut tak lagi menggebu-gebu.
Wajah Luhut juga tak menatap kamera seperti biasanya. Pandangannya juga hanya fokus pada teks dan kertas yang dia pegang.
Ucapan permintaan maaf yang disampaikan Luhut juga seperti membaca susunan kalimat dalam kertas.
Kesan yang terasa, Menko Luhut seperti menyimpan kekhawatiran ucapan tersebut akan salah terucap.
“Sepertinya sekarang LBP mulai sedikit ada penyesalan,” ujarnya, Senin (19/7/2021). (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News